Kumpulan Referensi Gratis (Kuregis)

Kumpulan Referensi Gratis

Antara Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Anak

Bismillah…
Saya berkeyakinan bahwa setiap orang tua di dunia ini sadar akan kewajibannya terhadap keluarga terutama anak, hanya kadar/tingkat pelaksanaannya yg berbeda sesuai niat dan kemampuan masing2.

Salah satu kewajiban orang tua terhadap anak adalah memberi PENDIDIKAN, setidaknya sampai mereka cukup dewasa/baligh. Setelah anak dewasa, mereka bisa mandiri mencari ilmu dan orang tua sekedar mendukung saja (terutama biaya)… itupun tetap dalam ranah pemberian pendidikan oleh oleh orang tua. Sy yakin pada konteks ini pun kita sepakat. Sekarang mari kita perluas cakupannya… berarti.. yang WAJIB memberi pendidikan kepada anak adalah ORANG TUA anak, alias BUKAN GURU/DOSEN.

Secara umum, setiap orang tua telah melaksanakan kewajibannya dalam mendidik anak sejak anak lahir dengan mengajarinya berbicara, cara berdiri, cara berjalan, cara makan/minum, cara berpakaian, cara mengendarai sepeda, dan lain sebagainya. Intinya, untuk hal2 yg dasar para orang tua telah membuktikan perannya dengan baik.

Dikarenakan ilmu orang tua terbatas, maka orang tua WAJIB mencari guru terbaik untuk sang anak. Tapi bukan berarti peran orang tua dalam mendidik anak gugur dan tergantikan oleh guru. Seringkali hal ini yg keliru. Sebagai buktinya adalah kemampuan menulis/membaca sebenarnya adalah kewajiban orang tua dalam mengajari anak, bukan guru. Karena awal literasi (pengenalan huruf, baca, dan tulis) termasuk kemampuan dasar manusia bersama aljabar dasar (dulu diistilahkan calistung). Coba deh, cari informasi berapa banyak anak yg bisa baca, tulis, dan hitung dasar hasil didikan orang tuanya..? Saya yakin sedikit.. dan ini merupakan pergeseran tanggung jawab. Terkecuali jika memang orang tuanya buta huruf dan angka, perannya langsung diganti oleh orang lain (guru).

Di masa pandemi ini merupakan waktu yg tepat bagi setiap orang tua untuk mengintrospeksi diri dalam melaksanakan KEWAJIBANNYA dalam mendidik anak di rumah. Segala materi dan tugas pasti disampaikan/dikirim oleh guru. Orang tua hanya MENGKONDISIKAN saja agar anak tetap mendapat ilmu. Jika dirasa materi/tugas dari guru terlalu berat, maka tinggal dikomunikasikan saja dengan guru/sekolahnya. Lagipula, proses pembelajaran selama pamdemi sudah ada peraturannya.

Saat anak belum sekolah, Orang tua bisa SABAR saat anak susah makan, bisa memberi MOTIVASI saat anak sering jatuh ketika anak belajar jalan atau naik sepeda, bisa mengatur WAKTU anak saat mereka belajar shalat dan puasa, bahkan bisa TEGAS menegur/marah saat anak berkata kasar atau jorok. Bukankah itu bukti bahwa orang tua mampu menjadi PENDIDIK yg HANDAL. Lalu kenapa saat anak sudah bersekolah kemampuan dalam mendidik anak para orang tua meredup? Tanpa mencari tahu seberapa jauh materi yg telah dipelajari, tugas yg dikerjakan, dan kondisi bergaul sang anak dengan teman2nya, dan merasa cukup terinformasikan hanya dgn buku raport.

Alhasil, di masa belajar dari rumah sekarang, banyak anak yg lalai dalam belajar dan lebih banyak bermain. Kondisi ini juga terlihat dari laporan guru anak saya ttg keadaan proses belajar secara daring. Mungkin ini merupakan gambaran LEMAHnya kualitas para orang tua dalam mengkondisikan anak. Mungkin juga karena sudah terlalu lama orang tua mengabaikan tanggung jawabnya dalam mendidik anak karena merasa perannya sudah diganti guru yg cukup dengan membayar sejumlah uang.

Sy menerima berbagai alasan dari beberapa orang tua siswa yg menyebabkan anak mereka tidak belajar di rumah… di mana alasan2 mereka itu menurut saya terdengar “lucu”.. tapi bukan yg dikarenakan ketidaksediaan sarana (tidak ada HP atau kuota internet), melainkan alasan2 tersebut bagi sy terlihat jelas hanya menutup-nutupi ketidakmampuan mereka dalam mengkondisikan anak.

Apakah para orang tua zaman now sudah MENYERAH pasrah dalam melaksanakan kewajibannya mendidik anak? If that so… please… Jangan salahkan para guru atas ketidakmampuan para orang tua dalam mendidik murid/anak… karena guru hanya pemeran pengganti, orang tualah yg pemeran utama. Apapun hasilnya (sang anak) di masa depan kelak, Orang tua anaklah yg akan mempertanggungjawabkannya.
Wallahualam.

Siswa Buruk adalah Siswa Baik: Studi Empiris Penanganan Siswa Bermasalah di Sekolah Menengah Kejuruan Indonesia

Artikel ini merupakan versi asli berbahasa Indonesia dari dua artikel yang telah publish dan bisa Anda dapatkan di dua postingan sebelumnya dengan judul: How to Teach Problematic Students in Indonesian Vocational High Schools dan Bad Students are Good Students: Empirical Methods of Dealing with Problematic Students in Vocational Schools.

Abstrak:

Mayoritas sekolah, pada jenjang manapun, memiliki sejumlah siswa yang dianggap sebagai siswa bermasalah, termasuk di sekolah menengah kejuruan. Umumnya, pemberian label siswa bermasalah ini berdasarkan perilaku siswa yang menyimpang dari aturan sekolah dan kemampuan akademik atau prestasi belajar siswa yang rendah. Apapun faktor yang menyebabkan siswa menjadi bermasalah, guru tetap berkewajiban mengajar dan melatih setiap siswa sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan. Namun, ketika guru hanya fokus pada pemberian materi tanpa melibatkan karakter siswa bermasalah dalam proses pembelajaran, perilaku dan prestasi belajar siswa bermasalah tidak akan membaik dan bahkan akan menimbulkan masalah-masalah baru, terutama berkaitan dengan tujuan pendidikan yang mengarah pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan penggalian informasi tentang cara menangani para siswa bermasalah dan berbagai potensi yang ada di balik keberadaan mereka di sekolah. Berdasarkan penelitian tindakan kelas selama dua tahun pelajaran (2014/2015 dan 2015/2016) pada siswa tingkat II (kelas XI) di sekolah menengah kejuruan kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat Indonesia, terungkap beberapa cara menangani siswa bermasalah di sekolah beserta potensi-potensinya yang sangat berkaitan dengan faktor psikologi dan komunikasi.

A. Pendahuluan

Pendidikan kejuruan didefinisikan beragam oleh para ahli pendidikan dan tidak ada definisi yang baku. Secara umum, pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menyediakan materi dan pelatihan bagi para siswanya untuk belajar teori dan praktikum suatu kompetensi yang diminati siswa dan dibutuhkan dunia kerja agar para lulusannya mampu bekerja atau berwirausaha. Sistem pendidikan Indonesia telah menentukan bahwa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang tujuan pendidikannya adalah menghasilkan tenaga kerja yang terampil yang memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan kebutuhan Dunia Usaha atau Dunia Industri (DUDI), serta mampu mengembangkan potensi dirinya dalam mengadopsi dan beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni [1]. Read more of this post

Bad Students are Good Students: Empirical Methods of Dealing with Problematic Students in Vocational Schools

This journal is an extended version of the previous journal, How to Teach Problematic Students in Indonesian Vocational High Schools

Abstract:

The majority of schools, at any level, have a number of students who are considered as problematic students, including in vocational high schools. Generally, the labeling of “problematic student” is based on student behavior that deviates from school rules and low academic achievement. Whatever factors cause students to become problematic, the teacher is still obliged to teach and train each student according to the established vocational curriculum. However, when teachers only focus on providing subjects material without involving problematic student characters in the learning process, student behavior and learning achievement will hard to improve and will even lead to new problems. Learning objectives are challenging to achieve, and the quality of human resources is low are two examples of adverse impacts that are very likely to occur. Therefore, it is vital to collect information about how to deal with problematic students and the various potentials behind their presence in the school. Based on classroom action research for two academic years (2014/2015 and 2015/2016) at grade II students (class XI) at Kandanghaur vocational high school, Indramayu Regency, West Java Province of Indonesia, revealed several ways of dealing with problematic students. Research findings also revealed students’ potentials that are strictly related to psychological and communication factors.

Read more of this post

How to Teach Problematic Students in Indonesian Vocational High Schools

Abstract:

The majority of schools, at any level, have students deemed problematic, including in vocational schools. Generally, the labeling of problematic students based on their behavior and academic ability or student achievement. Whatever factors cause students to become problematic, the teacher is still obliged to teach each student according to the established curriculum. However, when teachers only focus on providing material without involving problematic student characters in the learning process, learning achievement of problematic students will not improve and will even lead to new problems, especially related to the quality of human resources. Therefore, it is essential to dig information about how to teach students with problems. Based on classroom action research for two academic years (2014/2015 and 2015/2016) in Kandanghaur District vocational school students in grade II of West Java Province, revealed six ways of teaching students with problematic issues that are strongly related to psychological and communication factors.

Read more of this post

“Kegagalan” Penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Indonesia: Kajian Dokumen Panduan Pengembangan Kurikulum 2004

I. Pendahuluan

Setiap negara di dunia pasti akan selalu berusaha untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar kehidupan masyarakat negara tersebut bisa sejahtera dan mampu bersaing dengan negara-negara lain terutama di zaman yang penuh dengan perkembangan dan kemajuan teknologi serta tidak terbatas pada ruang dan waktu seperti sekarang ini. Dunia pendidikan merupakan salah satu jalur utama untuk meningkatkan kualitas manusia di sebuah negara. Sistem pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia-manusia yang mampu mempercepat tercapainya tujuan pendidikan dan tujuan pembangunan sebuah negara. Namun, sistem pendidikan yang kurang tepat justru akan mempersulit tercapainya tujuan pembangunan negara dan melahirkan manusia-manusia yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikannya. Bahkan, tidak menutup kemungkinan mereka akan tertinggal oleh kemajuan negara lain dan tidak dapat bersaing di kancah internasional. Read more of this post

Soal Ujian Nasional SMK 2018/2019 Matematika

Asalamualaikum… Selamat pagi, siang, sore, dan malam sahabat-sahabat semua terutama bagi Anda yang masih berstatus sebagai pelajar.. semoga kita semua tetap bersemangat belajar dan mencari ilmu ya.. amin. Postingan kali ini saya akan membagikan soal Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2018/2019 mata pelajaran Matematika jenjang SMK untuk jurusan kelompok Teknologi, Kesehatan, dan Pertanian (TPK). Cover soalnya adalah sebagai berikut:

soal UN Matematika SMK 2019

Cover Soal UN SMK 2019 Matematika TKP

Di tiap halaman setiap soal UN kita dapat membaca ada tulisan “Dokumen Negara Sangat Rahasia”. Secara pribadi saya sangat setuju dan memang harus dirahasiakan, tetapi hanya ketika sebelum soal-soal tersebut digunakan. Setelah soal-soal UN digunakan maka sangat wajar jika kami para guru menggunakan soal-soal UN tersebut sebagai bahan acuan dalam mempersiapkan para siswa untuk menghadapi UN di tahun berikutnya. Read more of this post